Sabtu, 13 Desember 2014

BBM Naik Keadilan Semakin Jauh dari Desaku

Kenaikan BBM pada kalangan ekonomi menengah keatas bagi mereka dampaknya itu tidak seberapa begitu bagi masyarakat perkotaan. Tapi bagaimana dengan masyarakat desa yang jauh dari pelosok kota dengan kondisi jalan tidak memungkinkan pastinya mereka menjerit kesakitan yang luar bisa namun tak terdengar oleh penentu kebijakan.
Itulah dampak yang terjadi pada suatu perkampungan di Sulawesi Selatan Kabupaten Bulukumba yaitu Dusun Jonjoro Desa Pangalloang. Masyarakat di sana sudah sangat jauh dari keadilan bagi mereka. Karena premium dengan Rp. 6.500 saja mobil pengangkut aspal tidak bisa sampai di kampung tersebut untuk bongkar muatan bahan bakar untuk pengangkut aspal hanya bisa sampai pada kampung tetangga. Apalagi kalau BBM di naikkan maka semakin jauhlah pengangkut aspal dari kampung tersebut.
Padahal kalau kita melihat dari kacamata potensi ekonomi banyak yang bisa di kembangkan. Terutama dalam sektor pertanian sengat potensial untuk menjadi produksi pertanian karena di dukungan lahan yang subur. Namun tidak jarang juga warga kampung tersebut merantau ke negeri orang untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan membiayaipendidikan anaknya. Hal itu di lakukan karena apabila menunggu perhatian pemerintah untuk memperbaiki daerah tersebut bisa anak tak sekolah.
Dari sektor pendidikan banyak dari mereka yang putus sekolah dan mereka yang mampu bertahan adalah mereka yang mampu untuk jalan kaki kesekolah sampai 5 KM. Karena tidak adanya trasnportasi yang masuk untuk mengangkut anak sekolah. Semangat-semangat seerti inilah yang seharusnya di bina oleh pemerintah terutama dalam pembiayaan pendidikan.
Sehingga dengan adanya kenaikkan BBM rasanya semakin masyarakat di ajarkan tidak taat lagi pada nilai-nilai pancasila. Karena itu terbukti pengamalan dari nilai-nilai pancasila yaitu keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Itu sangat jauh dari kehidupan masyarakat desa tersebut.